
Jakarta, JaringPos | Perusahaan pertambangan Australia, BHP Minerals melepas 80% kepemilikan sahamnya di BHP Mitsui Coal (BMC) kepada perusahaan pertambangan milik grup Sinarmas, Stanmore Resources, anak usaha dari Golden Energy Resources (GEAR).
Nilai transaksi jual beli ini mencapai US$ 1,35 miliar atau setara dengan Rp 19,17 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$).
Presiden BHP Minerals Australia Edgar Basto mengatakan penjualan aset ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk melakukan transisi dari emisi karbon besar.
“Transaksi ini sesuai dengan strategi BHP, memberikan nilai bagi perusahaan dan pemegang saham kami serta memberikan kepastian bagi tenaga kerja BMC dan masyarakat setempat,” kata Basto, mengutip australiamining.au, dikutip Jaringpos.com dari CNBC Indonesia, Senin (8/11/2021).
Aset BMC yang dilepas adalah tambang batu bara metalurgi Poitrel dan South Walker Creek, ditambah infrastruktur Red Mountain, dan pengembangan sumur Wards Well. Semuanya di Queensland, Australia.
Basto menjelaskan, Poitrel dan South Walker Creek memiliki produksi batu bara metalurgi total sekitar 10 juta ton per tahun dan cadangan lebih dari 135 juta ton.
CEO Stanmore Marcelo Matos mengatakan transaksi ini akan membuat perusahaan menjadi salah satu produsen batu bara metalurgi terkemuka secara global dan memberikan Stanmore portofolio aset Tier 1.
“(Akuisisi ini memberikan) cadangan dan basis sumber daya dan aset yang meningkat secara signifikan dengan masa pakai tambang yang diharapkan melebihi 25 tahun produksi, memposisikan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang substansial dan peluang pertumbuhan di masa depan,” kata Matos
Dengan adanya akuisisi ini akan memberikan peningkatan produksi batu bara metalurgi Stanmore dengan kelipatan 5,6, sementara cadangan batu baranya akan meningkat dengan kelipatan 4,2.
Mengutip keterbukaan informasi yang dirilis Golden Energy Resources (GEAR), induk usaha Stanmore, akuisisi ini diharapkan akan rampung pada pertengahan 2022 mendatang.
Stanmore masih akan menunggu dari Australian Foreign Investment Review Board dan otoritas lainnya untuk proses akuisisi tersebut.
Selain itu, juga menunggu persetujuan akuisisi dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) sebagai pengendali GEAR.
Akuisisi ini akan dibiayai dengan fasilitas pinjaman Stanmore untuk akuisisi senilai US$ 625 juta (Rp 8,87 triliun), penawaran saham baru Stanmore kepada pemegang saham eksisting (pro-rata entitlement offer), dan sumber kas internal.
Rencananya, senilai US$ 600 juta (Rp 8,52 triliun) akan dibiayai melalui pro-rata entitlement offer (semacam penerbitan saham baru, seperti rights issue) meski saat ini keputusan tersebut belum resmi.
Namun perusahaan sudah mendapatkan komitmen dari GEAR, melalui Golden Investments, untuk menyerap senilai US$ 300 juta. Sedangkan US$ 300 juta lainnya telah mendapatkan jaminan dari PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA).
“Terlepas dari komitmen ini, Stanmore masih bermaksud untuk memulai diskusi dengan penjamin emisi profesional dan investor pihak ketiga untuk menanggung setiap Penawaran Kepemilikan,” tulis keterbukaan tersebut.
“Stanmore bermaksud untuk mengumumkan rincian lebih lanjut tentang strategi pendanaan yang diusulkan untuk Akuisisi, termasuk Penawaran Kepemilikan yang diusulkan, setelah preseden kondisi utama untuk Akuisisi telah berkembang secara substansial, dan sebelum peluncuran, yang saat ini diperkirakan akan terjadi pada kuartal pertama tahun 2022.”
Penjualan batu bara Stanmore mencapai 723.000 ton pada akhir September 2021 lalu. Ini mencerminkan kinerja tambang dan pabrik persiapan batu bara yang kuat yang menghasilkan 653.000 ton batubara yang dapat dijual dengan 96% kokas dan 4% batu bara termal.
Diharapkan hingga akhir tahun ini produksi perusahaan bisa mencapai 2,2 juta ton hingga 2,4 juta ton. Peluang peningkatan produksi ini sejalan dengan kondisi pasar batu bara yang membaik, permintaan yang kuat, dan harga batu bara yang lebih baik untuk batu bara kokas.
DSSA
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Susan Chandra, Sekretaris Perusahaan DSSA, mengatakan transaksi ini dilakukan pada 8 November, Senin ini.
“Pada tanggal 8 November 2021, Stanmore Resources Limited, perusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan hukum negara Australia yang merupakan entitas anak tidak langsung DSSA, menandatangani perjanjian jual beli dengan BHP Minerals Pty Ltd,” katanya, dikutip dari BEI.
Transaksi ini adalah sehubungan dengan rencana perolehan 80% kepentingan ekonomi yang dimiliki BHP pada BHP Mitsui Coal Pty Ltd melalui akusisi seluruh saham Dampier Coal (Qld) Pty Ltd, oleh Stanmore SMC Holdings Pty Ltd (SMC) yang merupakan entitas anak Stanmore.
Pembayaran atas rencana transaksi akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan kombinasi pendanaan internal dan eksternal, dengan ketentuan pembayaran total US$ 1,350 miliar, yakni pertama, US$ 1,1 miliar akan jatuh tempo saat penyelesaian rencana transaksi.
Kedua, senilai US$ 100 juta akan jatuh tempo 6 bulan setelah penyelesaian rencana transaksi.
Adapun hingga ketiga, maksimum US$ 150 juta berdasarkan mekanisme bagi hasil atas pendapatan jika harga jual rata-rata berada di atas ambang tertentu selama periode 2 tahun, jatuh tempo dalam waktu 3 bulan setelah akhir periode pengujian (diperkirakan tahun 2024).
“Harga pembelian akan tunduk pada penyesuaian lazimnya saat penyelesaian rencana transaksi. Lebih lanjut, penyelesaian rencana transaksi diperkirakan akan terlaksana pada pertengahan tahun 2022, yang mana penyelesaiannya masih tunduk pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan,” kata Susan.
Sebagai tambahan informasi, BMC memiliki tambang aset batu bara metalurgi yang terletak di Queensland, Australia, yang terdiri dari South Walker Creek dan tambang Poitrel, dengan total produksi batu bara metalurgi sekitar 10 Mt per tahun dan total cadangan sebanyak 171 Mt, serta proyek batu bara Wards Well yang belum dikembangkan. (*slm)