Ekonomi

Pandemi dan Krisis Moneter 2.0

Penulis
Matheus S. N. Siagian
Ketua Asosiasi Restauran di PHRI Manggarai Barat

Pandemi covid-19 membawa manusia ke dalam krisis sosioekonomi global. Indonesia yang sejak tahun mengalami berbagai macam cobaan seperti abu Gunung Merapi, kekeringan dan banjir di beberapa kota tak luput dari efeknya.


Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan, dan memiliki tendensi untuk menyerang orang-orang yang memiliki kondisi imunitas lemah atau sudah memiliki penyakit sebelumnya. Hal ini meliputi lansia dan orang-orang dengan penyakit berat. Virus penyebab Covid-19 ditularkan melalui cipratan droplet batuk, bersin, dan percakapan dengan orang yang terkena.

Sejak November 2019 korban meninggal penyakit ini hampir mencapai 33 ribu orang dari 720 Ribu kasus. Pencemaran yang sangat cepat ini membuat negara-negara seperti Cina, Italia, Inggris, Singapura, Perancis, termasuk Indonesia; memikirkan kemungkinan negaranya diisolasi untuk mencegah masuknya manusia pembawa virus dari luar batas negaranya. Selain itu, isolasi diri dalam skala lebih kecil membuat orang-orang yang memiliki kesehatan tinggi (namun membawa virus tersebut) tidak menularkan virus tersebut ke orang yang mudah tertular. Andaikan virus ini diumpamakan seperti demam berdarah, maka dalam Covid-19 manusia adalah nyamuk yang membawa virus. untuk mencegah Covid-19 menyebar, maka kita harus menghentikan manusia-manusia yang membawa virus itu bergerak ke manapun. Di dalam rumah saja, dilarang berkumpul dalam jumlah besar.

Pergerakan Isolasi Global

Himbauan yang dilakukan pemerintah dunia bukannya tidak memberi hikmah positif. Pertama-tama polusi dunia menurun, dan kualitas udara menjadi baik akubat tiadanya kegiatan transportasi dan pabrik industri besar beroperasi. Pagi ini berdasarkan pantauan Air Visual, udara di New York 14 aqi, Jawa Barat 89 aqi, Delhi 43 aqi, dan Labuan Bajo 9aqi.  Angka-angka kualitas udara ini belum pernah kejadian sebelumnya akhirnya dunia bisa bernafas segar kembali.

Hikmah selanjutnya adalah penyesuaian jalur prioritas bagi pemerintah. Anggaran-anggaran yang sebelumnya buat militer dan hal-hal lainya bisa di alokasikan ke kesehatan, dunia jadi tempat yang lebih damai paling tidak beberapa tahun kedepan.

Selain itu, proses isolasi memberikan penyadaran manusia dunia tentang pentingnya pengabdian tenaga medis dan merevisit dinamika hubungan antar manusia yang selama ini kepentingannya dikesampingkan: hubungan antar tetangga dan keluarga.

Krisis, UKM dan Bantuan Pemerintah

Dari sisi makro, Indonesia dapat mengambil hikmah dari krisis ini, kenapa ? Nilai rupiah turun, yang artinya jika orang meminjam dengan mata uang dolar akan dirugikan, karena dia harus kembalikan pinjaman dari luar dengan dolar yang di pinjam dengan mahal. Hal ini dirasakan Indonesia saat krisis moneter 1998 lalu, di mana usaha kecil dan menengah di Indonesia mengalami kerugian dan tutup usaha.

Di saat seperti ini, peminjam dana lokal baik bank maupun investor akan lebih diminati karena pinjamannya dalam bentuk rupiah. Terutama para pengusaha lokal di daerah-daerah di Indonesia, yang usahanya secara langsung mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat setempat. Sebagai perbandingan; keberpihakan pemerintah pada pengusaha lokal akan membantunya memperatakan kegiatan perekonomian mikro di daerah, sementara keberpihakan yang berpihak pada ultra-elit akan membantu para CEO kaya membeli vila ketiganya. Perlindungan terhadap pengusaha kecil menafkahi keluarga mereka dan keluarga keluarga karyawannya.

Yang di harapkan UKM dari pemerintah Indonesia saat ini adalah Insentif kemudahan berusaha dan berkembang, karena saat ini Indonesia rating lemudahan berusahanya sangat rendah. diperlukan keberpihakan pajak bagi UKM dalam sektor riil yang berhubungan dengan orang banyak, terutama usaha tersier seperti pariwisata hotel dan restaurant juga harus di bahas kembali karena usaha usaha mereka bersentuhan langsung dengan keberlanjutan masyarakat terutama di daerah miskin seperti NTT.

Negara besar yang memiliki kekuatan sektor riil tinggi seperti sumberdaya alam dan konsumsi lokal yang tinggi seharusnya tidak begitu terpengaruh dengan hal hal yang terjadi secara global, disinilah harusnya pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap kemajuan pasar lokal dibandingkan ketergantungan terhadap pasar global.

Pasar lokal yang saya bicarakan disini bukan lah Jakarta saja melainkan dari Sabang sampai Marauke , Talaut sampai Atambua. Kita kan bukan negara kecil seperti Belanda yang membutuhkan pasar global untuk memenuhi kasnya. Kita adalah negara besar yang memiliki karakteristik khusus yang unik setiap daerahnya.

Masa krisis adalah masa berduka, masa berduka adalah waktu bagi pemerintah untuk dapat melihat hal hal yang penting dan prioritas bagi keberlangsungan hidup negara. Pada akhirnya rakyat adalah potensi yang dapat dijadikan sumber kekuatan bagi keberlangsungan negara,melebihi prioritas mercu suar untuk mendapatkan nama di pasar global.

Isi tulisan ini sepenuhnya adalah tanggungjawab Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker