Berita

Tes Lab Burung Pipit Mati Massal di Bali Keluar, Ini Hasilnya!

Denpasar, JaringPos | Hasil uji laboratorium kematian massal burung pipit di area pekuburan di Kabupaten Gianyar, Bali, telah keluar. Uji laboratorium menunjukkan bahwa burung-burung tersebut tidak terkena penyakit infeksius.

“Kematian burung-burung tersebut tidak mengarah pada penyakit infeksius. Itu saja hasilnya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka, Jumat (17/9/2021).


Dia mengaku mendapatkan hasil uji lab dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar pada Kamis (16/9).

Santiarka menjelaskan penyakit infeksius bisa disebabkan oleh serangan mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Kematian burung-burung itu tidak disebabkan mikroorganisme tersebut.

BBVet Denpasar mengecek penyakit infeksius tersebut melalui pemeriksaan histopatologi. Kemudian hasil tes polymerase chain reaction (PCR) juga menunjukkan bahwa satwa tersebut negatif dari penyakit flu burung.

Karena itu, Santiarka hingga kini belum mengetahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut. Ia hanya bisa menduga bahwa burung tersebut mati karena kondisi alam, yakni berupa hujan deras dan angin kencang.

“Jadi kemungkinan pada saat hujan lebat tersebut ada gas, gas beracun terutama yang terhirup oleh burung-burung tersebut. Di samping itu juga karena terlalu banyak diguyur air, jadi dia agak keselek (tersedak),” katanya.

Dia menduga burung mati massal karena asupan oksigen kurang. Dia memastikan kematian burung tak terkait penyakit infeksius.

“Terlalu banyak numpuk juga burungnya. Jadi kan asupan O2 atau asupan oksigen kurang. Jadi bisa saja karena kekurangan O2 juga dia mati. Di samping itu juga kemungkinan juga bisa matinya karena habis makan-makanan yang beracun,” kata dia.

“Jadi sementara akhirnya itu saja bahwa sampel yang kita kirim itu tidak mengarah pada penyakit infeksius. Itu saja. Untuk yang lainnya masih dugaan,” tambahnya.

Karena belum diketahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut, Santiarka berharap kepada Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk mencari lebih jauh.

“Ya kita berharap sih begitu (dicari tahu lagi). Tapi nanti terserah lab-nya apakah mau diteliti lebih lanjut apa nggak. Kalau kita hanya menebak-nebak gitu kan enak pas. Dibilang hanya burungnya habis makan makanan beracun, tapi di mana dia dapat makan makanan beracun. Kan kita tidak bisa mengetahui,” paparnya.

“Ya kita kan sudah sampaikan terjadinya kejadian penyakitnya seperti ini. Terserah sekarang keaktifan dari pemeriksa. Kalau pingin tahu lebih jauh, ya silakan (diuji lebih jauh). Yang jelas ini kan masih aman karena dia tidak infeksius terhadap manusia, terhadap sesamanya di burung, terhadap hewan lain,” terangnya.

Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan burung-burung berjatuhan di tanah dalam keadaan basah viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Video itu direkam oleh Kadek Sutika sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah merekam video tersebut dirinya langsung mengunggah ke Facebook dan langsung viral beberapa menit kemudian.

“Iya awalnya saya rekam dulu itu, habis itu langsung unggah di FB. Kira-kira jam 8 lebih dikit (sudah viral). Enggak sampai setengah 9, kira kira jam 8 lewat seperempat rasanya sudah viral,” katanya (*slm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker