Berita

Corona ‘Merampas’ Kebahagiaan (Kontemplasi di Pojok Sekolah yang Kesepian)

  • Oleh: Sil Joni
  • Penulis adalah staf pengajar di SMK Stella Maris.

Salam hangat untuk semua siswa SMK Stella Maris di mana saja berada. Hampir sebulan sudah kita tak ‘beradu pandang’ di padang Stella Maris. Ijinkan aku, gurumu di SMK ini, menuangkan untaian rasa yang begitu menyiksa hari-hari ini. Ketahuilah bahwa aku dan berharap kamu juga tidak sudi menerima keterpisahan yang ‘terpaksa’ tersebab semakin ganasnya serangan Corona saat ini.

Bacalah sekeping narasi yang terukir di Pojok Sekolah kita yang kian sepi ini. Kehampaan eksistensial tiba-tiba menyergap kalbu kala mendekat di gerbang sekolah (SMK Stella Maris) pagi ini. Sebuah rasa yang tidak biasa. Di gapura ini, sebenarnya, rasa bahagia selalu membuncah. Ada senyuman, canda-tawa, dan berjuta pesona tubuh yang tak tersentuh bahasa.


Aku  termenung sejenak. Sejumlah tanya menyembul dalam hati. Siapa yang merampas rasa bahagia yang sekian lama terukir di gerbang ini? Mengapa kami ‘tertawan’ oleh rasa kehampaan yang mencekam? Mungkinkah ada “sesuatu” yang lebih menakjubkan setelah rasa ini tersiksa? Di manakah malaikat kebahagiaan yang setia menari di kintal sekolah ini sebelumnya? Sampai kapan ‘ibunda Stella Maris’ ini mesti terpekur seorang diri tanpa belaian cinta dari anak-anaknya?

Dengan stamina yang tersisa, aku berlangkah menuju ‘ruang guru’. Kosong dan dingin. Tak ada kehangatan. Padahal, sebelumnya, di ruang ini, energi cinta mengalir deras dalam jantungku. Betapa tidak, wajah-wajah yang dibaluti senyuman dan tawariah, menjadi ‘semacam bumbu penyedap kehidupan’ sebagai seorang staf pengajar.

Kursi dan meja membeku. Dinding tembok tak bersuara. Semuanya membisu. Aku terpagut oleh rindu yang tak tertahankan. Di manakah ‘wajah-wajah’ yang setia mengalirkan tetesan cinta pada sekujur tubuh ruangan ini? Sungguh, aku tak kuat memikul setumpuk asa akan ‘hadirnya’ kisah-kasih’ kita di beranda sekolah ini.

Aku tak sanggup menatap dan merasakan suasana hambar ini. Kutinggalkan ruang itu dengan wajah murung dan langkah tergontai. Kutarik nafas dalam-dalam.

Persis di pojok beranda, aku berhenti untuk duduk merenung dan memandang ‘nasib lembaga dan kami semua’ yang berada dalam asuhannya. Seperti apakah wajah sekolah dan  segenap warga yang setia mengisap susu dan madu intelektual di sini, ketika pandemik covid-19 tak kunjung surut sepanjang tahun ini? Entahlah! Aku tak mau berlarut dalam pikiran melankolis semacam itu.

Di pojok beranda inilah, kuhibur batinku melalui aktus kontemplasi yang tertuang dalam goresan mini ini. Badai corona rupanya bisa ditangkal dengan memperkuat benteng literasi semacam ini. Hanya dalam dan melalui aktivitas refleksif seperti ini, kita bisa ‘melihat dan merasakan’ desiran suara lain di seberang musibah itu. Dalam bahasa agama, selalu ada hikmah tersembunyi di balik prahara.

Covid-19 memang telah ‘mencaplok’ rasa bahagia di gapura sekolah, tetapi corona tak akan merobek pigura bahagia yang sekian lama tertanam dalam jiwa. Toh, wajah mereka tetap terlintas dalam benak kendati terpisah oleh jarak dan waktu akibat gelombang serangan covid-19.

Corona, saya kira hanya ‘sesaat’ merampas rasa itu di gerbang sekolah kita. Rasanya, corona tak mungkin meraja selamanya. Ia bukan ‘sosok Super’ yang sulit dienyahkan oleh makluk berakal budi. Cepat atau lambat, corona segera lenyap dari semesta raya ini.

Kendati demikian, satu hal yang tak bisa dibantah bahwa kita diberi arti oleh sesama. Ketika ‘sosok yang memberi arti pada kehidupan kita’ itu, menjauh, maka tentu ada yang kurang dalam hidup kita. Aku hanya bisa disebut guru ketika berjumpa dan ada bersama dengan siswa. Makna statusku sebagai guru, serasa digugat manakala aka tak bersua muka dengan para siswa tersebut. Corona sepertinya memaksa kita untuk merevisi arti kebersamaan yang dipatok dalam dimensi jarak dan waktu. Salam Literasi!

Isi tulisan ini sepenuhnya adalah tanggungjawab Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker