Pemuda Kritik Gubernur NTB dan Memberi Gelar ‘Dr. Zul The Master of Alibi’, Melalui Akun Medsos Facebook

Mataram, JaringPos | Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah mulai mengalami reaksi dan aksi protes dari kalangan masyarakat mengatasnamakan pemuda. Mengkritisi kebijakan-kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB
Pemberian gelar ‘Dr. Zul The Master of Alibi’, oleh satria madisa di akun facebook menuai reaksi dan aksi antara pro dan kontra. Unggahan akun tersebut terlihat dalam gambar Gubernur NTB mata dan mulut di lakban. Tulisnya, di telusuri Pers Jaring Pos. Sabtu (7/8/2021)
Sejumlah akun yang mengaku aktivis dan advokat muda asal Bima, Sumbawa dan Mataram ramai-ramai membuat surat terbuka bernada protes di Media sosial. Protes itu terkait aktivitas sebuah akun media sosial, Satria Madisa yang dinilai provokasi, fitnah dan melakukan vandalisme terhadap pribadi Gubernur NTB, Zulkieflimansyah. Ujarnya
Mengecam dan menolak aksi dan narasi oknum aktivis dengan akun Satria Madisa asal Bima yang memfitnah pribadi tanpa data, yang terkesan jadi pesanan politik kelompok tertentu.
“Kami minta Polda NTB menghentikan fitnah, berita hoax yang disebarkan oknum-oknum seperti akun Satria Madisa di media sosial. Kami tokoh dan aktivis menolak cara-cara fitnah dan vandalisme di media sosial terhadap pribadi dan jabatan seseorang,” tulisnya.
Unggah akun facebook satria madisa, berikut cuitanya:
Pemberian gelar “Dr. Zul The Master Of Alibi” Cara saya cari panggung?
Mari kita balik logikanya.
Gubernur NTB secara politik, tipe pemimpin yang populis. Ciri sederhananya, doyan panggung. Itulah sisi lain__setiap hal dia sampaikan secara serentak via FB dan Fanspagenya. Juga IG dan twiternya.
Mencipta dan mendesain panggung bagi politisi biasa saja__apalagi politisi yang digadang Nyapres biasa saja. Dia perlu ‘elektabilitas’. Politisi dimanapun perlu itu.
Pertama tugas saya sebagai pemuda menyiapkan panggung untuk Gubernur. Gubernur harus menari dengan baik, agar kami penonton dan penikmat pertunjukan, terpenah, terpesona dan terperangah.
Tarian itu harus menghasilkan Legacy politik untuk kehidupan di Gili Trawangan. Tarian itu harus diarahkan memperbaiki DTKS, Bansos Pendidikan dan Beasiswa 1000 Cindekia: Sistemik-Kultural.
Kedua, Gubernur Dr. Zul termasuk kepala daerah yang banyak menggeruk APBD untuk pembiayaan Stafkhusus yang kebanyakan itu. Kesenjangan dalam tanda kutip inilah yang membuat disparitas antara jumlah pekerjaan dengan jumlah orang yang diperkerjakan. Hingga saban hari tugas stafkhus itu memiskinkan diri untuk mendapatkan bansos.
Fenomena dan Fakta, tak sedikit Stafkhusus Gubernur yang bertugas ‘mendamaikan medsos’.
Jawaban kedua, saya sebenarnya memberikan panggung untuk para stafkhusus, untuk berkerja dan melaporkan pekerjaannya. Saya membantu tugas gubernur yang kesusahan menempatkan para stafkhusus secara proposional.
Yang ketiga, ini panggung sengaja diciptakan untuk memberikan panggung bagi followers, atau buzzer berkiprah. Saya menciptakan ini sebagai ijtihad membenahi pengangguran.
Lalu saya?
Cari-cari panggung sudah lewat.
Cari popularitas sudah lewat.
Kita ini pencipta panggung.
Kabar baiknya kita penikmat kritik.
Kabar baiknya ini dimulai karena kegundahan.
Jika tata kelola kepemimpinan Dr. Zul itu benaran baik, kita apresiasi. Tapi karena nampak saja baik, kita upayakan diperbaiki, melalui kritik. Tulis cuitan akun facebook satria madisa, Katanya (*slm)